Di senja itu…
Kala langit memerah di ujung cakrawala
Memudarkan cerahnya biru langit
Seiring awan yang berarak
Menghadirkan kilau keemasan di atas riak gelombang pantai
Kala itu…
Saat kuurai rasa di sudut hati
Dalam asa dan rindu tak bertepi
Ketika rasamu mengetuk
Dan cintamu menjemputku
Kulukis indahnya impian
Kutulis puisi tentang pengharapan
Dalam barisan do’a tak berkesudahan
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Sesederhana birunya langit dan merahnya senja
Sesederhana tetes embun pagi dan rintik hujan
Sesederhana kata yang tak harus terucap
************
Kubuka lembaran-lembaran hatiku, tidak terlalu sulit untuk menemukanmu
di sana. Semuanya tersimpan rapi. Perasaanku padamu masih sama seperti
waktu kita saling mengenal. Tidak berubah sedikitpun. Meskipun telah
berlalu sekian lama. Padahal waktu telah membuatku berpikir untuk
berpindah ke lain hati. Tapi tetap saja waktu pula yang mengembalikanku
pada hatimu, setidaknya sampai detik ini.
“Bolehkah aku berkunjung ke rumahmu? Ehm…maksudku, aku ingin mengenalmu lebih dekat lagi” begitu pintamu dalam suratmu saat itu.
“Ohya?!! Ya gak apa-apa, ke sini sana.” jawabku singkat
Kiriman surat yang singkat, tapi membuatku terkejut. Tidak percaya dia
berkata seperti itu. Ah…mungkin saja aku tengah bermimpi. Mimpi indah
yang membuatku melambung tinggi.
*************
Waktu telah membawa hati kita bertemu. Cintamu begitu hangat menyapa
jiwaku, begitu lembut dan sederhana. Tanpa rayuan kata-kata yang
mengada-ada, tapi aku begitu menyukainya. Aku begitu terpesona dan
terkagum-kagum. Aku memperhatikan caramu bercerita, dan kadang-kadang
aku tertawa dibuatnya. Ada perasaan tentram yang menyelinap di dasar
hati, perlahan namun pasti. Diam-diam kutatap matamu meski hanya sekilas
pandang. Aku seperti melihat gambaran seseorang yang terselip sejak
lama di hatiku. Mungkinkah gambarmu yang diselipkan Tuhan di hatiku???
Aku tahu kita saling memikirkan dan merindukan meskipun jarang bertemu…
*************
“Aku yakin impian kita sama tapi aarrgghhh…” hatiku menjerit pilu.
Rupanya ombak terlalu sukar untuk ditaklukkan sehingga kapal tak kunjung
dapat berlabuh meskipun pantai indah itu sudah tampak di depan mata.
Kapal sekoci pun belum ada yang bisa menyelamatkan.
“Tuhan, aku sungguh-sungguh mencintainya, tolong izinkan kami menjemput impian kami” tak henti-hentinya aku memohon izinNya.
Terlalu banyak yang terjadi, sudah beberapa hati yang kucoba untuk
kusinggahi, tapi tetap saja waktu telah mengembalikanku lagi pada
hatimu. Setidaknya hingga detik ini.
“Tuhan, aku sungguh-sungguh tidak tahu apa yang Kau rencanakan
terhadap diriku. Berakhir sedihkah atau bahagia???” hatiku kembali
menjerit pasrah.
Biarlah waktu yang menjawab, biarlah air sungai itu mengalir dan
bermuara di lautnya. Dan biarkan kapal-kapal itu berlabuh di pantai yang
ditujunya. Aku hanya ingin mencintaimu dengan sederhana. Sesederhana
pribadimu. Sesederhana kemarahan dan kecemburuanmu yang tidak pernah kau
ucapkan. Aku ingin mencintaimu tanpa pernah saling membenci dan
menyakiti.
Hanya kalimat sederhana ini yang bisa aku tuliskan untukmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan beri komentar dengan bebas tetapi tetap menjaga budaya kesopanan ,trims..